ANTARA LIRIK & MELODI : win_loose, or draw ? (MENULIS LAGU)


Based on my experience yg masih sgt minim ini – Bagi saya, kesulitan teratas yang kerap saya alami ketika menulis lagu berlirik/vokal adalah pada tahap kompromi atau sinkronisasi antara lirik (sebagai ‘kata-kata' : bahasa dan/atau sastra) dan bebunyian musikal (sebagai tone/pitch/melodi : musik). Terlepas dari apakah yg lebih dahulu ditemukan atau muncul sebagai gagasan ( kata2 yg diberi nada-nada / nada-nada yg dikenakan kata-kata).

Dalam kaitannya antara lagu dgn apresiasi pendengar, IMVHO lirik lagu berikut nadanya adalah elemen integral, ia adalah satu kesatuan terpadu, tak bisa dipilah satu sama lain. Namun sayangnya seringkali harus terpisah secara kontekstual karena persoalan apresiasi mendengar musik. Semisal kita mendengar lagu berbahasa asing ( baik asing lokal maupun interlokal :) kita pada umumnya lebih utama mengkonsumsi/menyerap nada/rasanya ketimbang mengapresiasi konten liriknya. Sebaliknya, akan berbeda ketika mendengar lagu yg kita tahu bahasanya. Ada semacam hukum lokalitas & latar belakang di balik semua itu.  Bahkan pada lagu-lagu yang kita ketahui betul-betul bahasanya, kita kerap abai terhadap muatan liriknya (tema), seringnya terbuai dan terlena pada nada-nada atau alur melodinya saja :)

Atau sering juga sebaliknya.
Sejarah telah menunjukkan bahwa musik vokal awalnya berhubungan erat dengan kegiatan ritual ibadah, terutama dalam bentuk puji-pujian atau doa. Pujian atau doa tentu utamanya menggunakan instrumen mulut_lidah, kata, bahasa sebagai penghantarnya, dan tentunya dikreasikan sedemikian rupa, dijadikan berintonasi/bernada. Lalu saling bersinggunganlah ia dengan dunia sastra.  Segala bentuk dan rupa seni suara yang berlirik pada masa-masa itu adalah murni berkaitan dengan istilah 'ibadah'.  Kala itu istilah 'musik' hanya menunjuk pada 'seni suara yang murni intrumental' dan bersifat profan, sementara yang menggunakan vokal adalah murni disebut ritual.


Kembali pada proses kreatif musik. Pada prinsipnya, lagu atau karya seni adalah ungkapan ekspresional, ia dicipta bertujuan untuk mengemukakan  suatu maksud tertentu ( seyogyanya sih, punya visi-misi positif-konstruktif :) . Kehendak tersebut kemudian secara musikal disebut sebagai TEMA. Tentu sama dengan dunia kreasi lainnya semacam tulis-menulis, melukis dan lain sejenisnya. Rangkaian nada kemudian membentuk melodi. Alur melodi (atau bisa disebut juga nyanyian) yg dibawakan pengusung tema (bisa vokal ataupun instrumen) adalah pengejawantahan dari tema : lead element.

Jika tema musikal diusung oleh vokal, maka faktor kata/bahasa sangatlah berpengaruh besar & berdampak langsung terhadap apa-apa yg ingin disampaikan dalam lagu tersebut, karena 'kata' jelas-jelas mewakili makna, inilah mengapa ia menjadi cukup utama, Dalam kaitannya dengan penyampain tema, vokal menjadi sangat istimewa karena faktor oralitas dan bahasa. Jadi, tak lain karena persoalan konsekuensi kebahasaan terhadap penyampaian maksud. Lain halnya jika pengusung tema adalah instrumen.

Kalau ada lagu yang sama temanya : misalnya tentang ke-galau-an, lagu galau yang satu intrumental dan lagu galau yang lainnya berlirik/bervokal, maka otomatis akan berbeda dipandangnya, didengarnya. dirasanya (beda secara apresiasi musikal : dampaknya berlainan).

Pada kasus lain, lagu ber-nuansa sendu-pilu akan tetap sedih rasanya, entah berlirik/vokal ataupun instrumental. Dalam kasus ini pengaruh nada sangat kuat dan berdampak langsung terhadap peristiwa mendengar, faktor fisikawi bunyi menjadi sangat kental dan dominan. Vokal memang berbicara menyampaikan pesan tema dengan kata-kata : sekaligus juga bernada, sementara instrumen hanya bernada saja. Nada tok' memang lebih abstrak dan jelas lebih misterius daripada kata-kata, karena ia tidak langsung mewakili makna.

Secara psiko-akustik bebunyian instrumen musikal lebih 'mistis' dibanding bebunyian vokal (yg sudah berbaur dgn kata). Dalam berbagai sudut pandang musikal, alur nada dari instrumen pengusung tema juga sesunggguhnya tidak boleh terlalu abstrak,  karena bila abstraksinya terlalu tinggi mengawang-awang ia akan berpotensi kehilangan banyak kesempatan untuk  'menyampaikan pesan' atau berkomunikasi, pada kasus ini biasanya kreasi, performa dan apresiasi  terjebak pada sudut pandang dan sikap luaran yang sifatnya teknikal dan mekanistik saja : jauh dari cita-cita luhur estetika musik :)  Dan alat musikpun seyogyanya tetap harus bertindak seperti sekan-akan berkata-kata/nggak beda dengan bernyanyi (terarah pengkalimatannya, jelas alur, ceita, diksi, tematik : tension & resolution, call and response :) Ini berlaku baik dalam lagu yang paten atau dalam improvisasi/jamming sekalipun.

Dengan demikian patut kita catat bahwa vokal adalah tidak identik atau bisa dikatakan tidak melulu harus berhubungan dengan lirik. Banyak lagu bervokal yg dibawakan hanya dengan memainkan eksplorasi bunyi vokal saja tanpa melibatkan kata. Sebaliknya, yang instrumental juga tetap harus mengontrol diri untuk tetap mengusung 'nyanyian sesuai tema'. (Catatan : vokal / pita suara sesungguhnya adalah instrumen musik juga, alat musik yang melekat pada tubuh manusia. Vokal adalah musik alami, dan alat musik adalah tiruan dari yang alami :) 

Dan IMO, bahasa itu sejajar dengan audio, sastra sejajar dengan musik. Maka, kalau ditilik lebih seksama, maka LIRIK sesungguhnya adalah MUSIK. Ia sudah bukan lagi kata2, bukan pula sajak atau puisi. Ia adalah makna, yang bukan lagi milik bahasa dan/atau sastra. Makna dan suara sudah melebur menjadi satu. dan kita menyebutnya sebagai LIRIK. Walaupun sama-sama menyangkut soal bunyi, aturan main bunyi menurut ilmu bahasa dan sastra berbeda dengan tatanan yang ada pada dunia musik. Maka hal terpenting yang harus selalu diinsyafi adalah pesan atau TEMA, terlepas dari bagaimana cara menyampaikannya. Dan dengan ini kini saya lebih menyadari lagi, betapa menulis lirik lagu itu adalah suatu hal yang BESAR. Maka ANTARA LIRIK & MELODI : win - loose, or draw? Saya memilih DRAW :)

Bagaimana perihal ini menurut teman-teman? Yuk mari kita bertukarpikiran, berbagi pengalaman :)

PS :
( Sebagai kreasi manusiawi, meski karya seni memang bersifat ekspresional-bebas dan bisa ditujukan demi kepentingan apa saja, karya musik seyogyanya juga harus selalu menjunjung tinggi visi-misi positif. Salah satu tugas mulia kesenian dan tanggung jawab kebudayaan dalam menjadikan manusia lebih berbudi dan beradab jelas bisa diwujudkan dalam bentuk --> PESAN MORIL <-- Pastikan itu ada dalam lirik :) Jadi, lagu bukanlah hanya sekedar cerita, ngunek2, ngeluh_kesah, ngojog2, marah2 atau curhat semata-mata :) Kalo lagu yang instrumental bagaimana? Itu tentu lain cerita dan lain lg pendekatannya :)

Tidak ada komentar: