GUITAR TUNING TIPS

TUNING DROP

Ketika sedang tampil dan memerlukan tala alternatif (scordatura), jangan langsung kendurkan/kencangkan senar pada not yang diinginkan. Nanti pada saat dimainkan kemungkinan besar tuning akan berubah lagi.

Jadi bagaimana cara mengatasinya?

Contoh :

Untuk lagu dengan senar 6 ditala ke not D (tuning drop D), jangan kendorkan senar hanya sampai ke not D. Tapi kendorkan sampai ke C terlebih dahulu (turun 1 nada), lalu perlahan-lahan kencangkan putaran senar hingga senar mencapai not D (dinaikkan lagi 1 nada). Cara ini membuat not target (not D, senar enam) lebih stabil, terutama bila kita harus merubah steman di tengah pertunjukan. Sebaliknya, untuk menyetem ke not yag lebih tinggi, misal senar 3 hendak kita naikkan dari G ke Gis, stem dulu ke not A, baru pelan-pelan kendurkan ke Gis (naikkan dahulu ke not yang lebih tinggi untuk kemudian diturunkan lagi ke not target).


ADA KISAH DI BALIK LAGU : Fur Elise_Ludwig Van Beethoven)

Kita sudah tak asing lagi dengan salah satu mahakarya terkenal dari Beethoven yang berjudul Fur Elise (bahasa Jerman) yang artinya Untuk Elise. Melodi dari lagu itu terdengar di banyak tempat, dalam berbagai kesempatan. Menurut Wikipedia, di beberapa daerah di Taiwan, Iran dan mungkin di beberapa negara lain, nada tersebut dimainkan oleh truk sampah untuk memperingatkan orang-orang agar membawa sampahnya keluar untuk diangkut. Di Brazil dan Turki, nada tersebut dimainkan oleh truk yang menjual gas untuk memberitahu orang-orang bahwa truk sudah dekat. Lagu ini juga muncul dalam game, ringtone, theme song dan banyak lagi yang lainnya.

Sebenarnya lagu tentang kisah asmara tersebut berjudul Bagatelle in A minor, sebuah musik piano solo karya Ludwig van Beethoven yang ditulis sekitar tahun 1810.Tetapi kemudian lebih popular dikenal dengan judul 'Fur Elise'.

Jadi, siapa sebenarnya tokoh wanita bernama Elise yang dimaksud Beethoven dalam karya monumentalnya ini?

ANTARA LIRIK & MELODI : win_loose, or draw ? (MENULIS LAGU)


Based on my experience yg masih sgt minim ini – Bagi saya, kesulitan teratas yang kerap saya alami ketika menulis lagu berlirik/vokal adalah pada tahap kompromi atau sinkronisasi antara lirik (sebagai ‘kata-kata' : bahasa dan/atau sastra) dan bebunyian musikal (sebagai tone/pitch/melodi : musik). Terlepas dari apakah yg lebih dahulu ditemukan atau muncul sebagai gagasan ( kata2 yg diberi nada-nada / nada-nada yg dikenakan kata-kata).

Dalam kaitannya antara lagu dgn apresiasi pendengar, IMVHO lirik lagu berikut nadanya adalah elemen integral, ia adalah satu kesatuan terpadu, tak bisa dipilah satu sama lain. Namun sayangnya seringkali harus terpisah secara kontekstual karena persoalan apresiasi mendengar musik. Semisal kita mendengar lagu berbahasa asing ( baik asing lokal maupun interlokal :) kita pada umumnya lebih utama mengkonsumsi/menyerap nada/rasanya ketimbang mengapresiasi konten liriknya. Sebaliknya, akan berbeda ketika mendengar lagu yg kita tahu bahasanya. Ada semacam hukum lokalitas & latar belakang di balik semua itu.  Bahkan pada lagu-lagu yang kita ketahui betul-betul bahasanya, kita kerap abai terhadap muatan liriknya (tema), seringnya terbuai dan terlena pada nada-nada atau alur melodinya saja :)

Atau sering juga sebaliknya.