MUSIC VACANCY

VACANCY - Dicari VOKALIS pria/wanita, berpenampilan menarik, berkarakter, supel, all around, bersedia bekerja dalam tim, diutamakan yg suka genre rock/progressive/symphonic/metal, suka begadang, rajin mengopi, berwawasan luas, berdaya juang tinggi, mengerti organisasi, gemar menulis, mengerti sastra, gagah/tomboy, murah senyum, ringan tangan, baik hati, rajin menabung & tidak sombong, intelektualitas ok, leadership ok, bersedia ditempatkan atau siap berada di mana saja, banyak relasi, jaringan luas, bersedia kerja dbawah tekanan, siap memimpin & dipimpin. Dan bersedia diposisikan sebagai khayalan, siap ditempatkan dalam IMPIAN ,,, karena tentu sosok seperti dlm note ngawur ini hanya ada dlm imaji dan angan-angan. No body perfect, n it is including me :) Tapi ..... "Lowongan ini serius", tersedia juga buat posisi bass, keyboard, drum, composer, arranger, sound engineer, manajer, label dan produser, Hahahaha #meski ini hanya untuk lucu_lucuan ( tp sampel lagu2nya mmg ada di FB Music/Band Page-ku, he2. Terimakasih banyak ya atas kesediaannya menyimak & membaca tulisan ini :) 

GBU Sincerely, me # full band n instrumental 

KEEP IT BALANCE

 
KEEP IT BALANCE - Apa-apa yg berkutat di wilayah kepala sebagai intelektualitas (baca : wacana diskursif) memang senantiasa diperlukan, tetapi seyogyanya tetap harus berjalan beriringan dengan pematangan praktik lapangan atau senantiasa berbasis terapan. Berkesenian musik, sebagai bagian dari berkebudayaan tidaklah dapat didekati dengan satu atau dua pendekatan saja, semisal didekati dari sudut dunia artistik bebunyian atau ilmu akademis musik itu sendiri : musik sebagai hal yg otonom saja/musik secara ilmiah musik. Atau sebaliknya, menggunakan multidimensional approach dan pendekatan interdisiplin yang terkadang seolah menafikan disiplin ilmiah kesenian musik itu sendiri yg harusnya berdiri sebagai satu pendekatan utama, bahkan terutama : karena itu memang bidang serta disiplin yg sedang didekati. Jika menggunakan pendekatan yang proporsional dan berimbang, maka dengan demikian komprehensifitas diskursus dan tanggung jawab lapangan dapat terpenuhi. Sinergi yg baik antara keduanya membuat seorang subjek pelaku dapat dikatakan sebagai "profesional". 

Profesional adalah ahli, bukan semata-mata menyangkut soal antara 'kerja dgn bayaran' saja. Deep, wide and focus (baca : benar-benar menguasai bidang, luas wawasan/intelektual dan total bergelut). Untuk itu, mari berikan asupan yg benar dan baik bagi otak di kepala tetapi jangan lupa pula berikan porsi seimbang kepada jari jemari, tangan kaki, pita suara, katup dada dan rongga jiwa yang seharusnya 'lebih banyak mendapat jatah bertindak dan porsi berbicara'. Dengan demikian terbukalah kemungkinan bahwa dunia musik pada umumnya akan berdiri secerdas dunia teater atau dunia sastra, dan juga 'dunia-dunia cerdas' lainnya. Sekali lagi, untuk para pelaku kesenian musik : KEEP IT BALANCE. I'm so sorry n thanks :) ^_^

ROCK, SOUND AND SOCIAL MOVEMENT

oleh : Roy Haris Chandra

FENOMENA BESAR ABAD 20 : (R)EVOLUSI MUSIK, ROCK DI GARDA DEPAN   

Rock adalah suatu “konteks, tema,watak, karakteristik, paham, aliran, sistem, teknik, jenis, tipe, model, kategori, corak, warna, rupa, bentuk dan gaya musikal”, lahir dan berkembang di benua Amerika.  Mayoritas pendapat mengatakan bahwa awal kemunculannya adalah pada kuartal pertama dari abad ke-20. Sebagaimana banyak jenis musik lainnya di Amerika, ibu kandung musik rock adalah blues, yang merupakan“anak nakal”-nya musik (ballad) klasik. Oleh karena itu, membahas rock berarti juga membicarakan blues ; sebagai akar “musik populer” (Amerika). Musik blues berakar dari musik tradisional belahan barat Afrika yang dipadu padankan dengan tradisi musik klasik Eropa-Kristiani ; sebagai budaya yang di anti-tesa-kannya(baca : diberontak). Blues juga dimaksudkan sebagai bagian dari upaya melawan hegemoni Eropa, kultur dominan pada masa itu. Sekurang-kurangnya, pemberontakan dengan cara (dan dalam hal) artistik. Menentang “Kristen”, melawan estetikanya; dalam nuansa pergerakan yang kooperatif. Di era rasisme tersebut blues tidakhanya sebuah tipe musik tapi juga bentuk pola pikir dan jalan hidup bagi banyakAfro-Amerika (masyarakat kelas pekerja/budak, yang konon mayoritasnya muslim) di era itu. Blues menjadi medium ekspresi dan gaya musik yang khas dan mandiri ditengah pertentangan borjuis-proletar. Kemunculan dan perkembangan musik rockjuga tidak bisa dilepaskan dari blues serta dinamika pergerakan sosial masyarakat kulit hitam di Amerika. Pada perkembangannya, blues kemudian tidak hanya terbatas bagi mereka yang Afro-Amerika saja, tapi juga digemari di kalangan kulit putih  (meski diapresiasi/difungsikan secara eksklusif, serampangan). Walhasil, “milik kulit hitam” tersebut lagi-lagi “dirampas”kulit putih, bolak-balik dibawa dari Amerika ke Inggris dan sebaliknya.